Jumat, 28 November 2014

Penentuan Kadar Lemak Metode Soxhlet

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak  mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina  2002).
Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang.
            Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous. Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode ekstraksi kering yaitu metode Soxhlet. 
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui kadar lemak dalam sampel dengan metode soxhlet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
     
              Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. 
           Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain.  

Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous.
 

  •   analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi).

 Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap).

 Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.


Metode Soxhlet
Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu. Ekstraksi dengan pelarut semikontinu memenuhi ruang ekstraksi selama 5 sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh memenuhi sampel kemudian kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat yang hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebabkan penyaluran. Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada metode kontinu (Nielsen 1998).
Prinsip Soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out (Darmasih 1997).
Langkah-langkah dalam metode Soxhlet adalah : menimbang tabung pendidihan ; menuangkan eter anhydrous dalam tabung pendidihan, susun tabung pendidihan, tabung Soxhlet, dan kondensator ; ekstraksi dalam Soxhlet ; mengeringkan tabung pendidihan yang berisi lemak yang terekstraksi pada oven 1000C selama 30 menit ; didinginkan dalam desikator lalu ditimbang (Nielsen 1998).
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 sampai dengan 10 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel) , di atas sampel ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus dengan titik didih 60 sampai dengan 80°C. Selanjutnya, labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan petroleum spiritus 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan lemak pada pelarut organik. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam Soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan Soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak kemudian mulai dipanaskan (Darmasih 1997).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati Soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju  labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Darmasih 1997).
Faktor yang Memengaruhi Kadar Lemak
Faktor-faktor yang memengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan pada proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri tertinggi terjadi pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua ekstrak tidak menunjukkan daya hambat yang berarti pada semua bakteri uji Gram-negatif (Lucas dan David 1949).
Pelarut Heksana
n-Heksana adalah bahan kimia yang terbuat dari minyak mentah. Normal heksana tidak berwarna dan memiliki bau yang tajam. Bahan ini mudah terbakar dan uapnya bersifat eksplosif. Kebanyakan heksana digunakan pada industri sebagai pelarut. Pelarut yang menggunakan n-heksana bisanya digunakan untuk mengestrak minyak sayuran dari hasil pertanian, seperti kedelai. Pelarut ini juga digunakan sebagai agen pembersih pada percetakan, tekstil, furniture, dan industri pembuatan sepatu. Heksana larut hanya pada air. Kebanyakan  n-heksana yang tumpah di air akan mengapung ke permukaan dimana heksana akan menguap ke udara (U.S. Department of Health and Human Services 1999).
 2.2 DASAR PRINSIP


Lemak bebas diekstraksi dengan pelarut non polar menggunakan metode soxhlet yaitu lemak yang terekstrasi dalam pelarut akan terakumulasi dalam wadah pelarut (labu Soxhlet), kemudian lemak dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven (105 oC)  . Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak karena titik didih lemak lebih tinggi dari 105 , Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya.

 
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 BAHAN 
  •  Sampel ( Mie Instan )
  •  Larutan N-Heksana  

3.2 ALAT
  • Hulls
  • Soxhlet
  • Labu Didih
  • Hot Plate
  • Neraca Digital
  • Pendingin Liebig

3.3 PROSEDUR KERJA
  1.  Ditimbang labu didih kosong
  2.  Ditimbang 10 gram sampel dalam hulls
  3. dimasukkan hulls yang berisi sample kedalam soxlet
  4. disambungkan soxlet dengan labu lemak berbatu didih yang diketahui bobot kosongnya
  5. dimasukkan pelarut lemak melalui soxlet sampai setengah labu.
  6. disambungkan dengan pendingin tegak 
  7. diekstraksi selama 4 jam
  8. setelah selesai,pelarut disulingkan kembali
  9. hasil sulingan dimasukkan kembali kedalam botol n-heksana
  10. sisa lemak dalam labu disimpan dan dioven untuk menghilangkan sisa n-heksana lalu didinginkan dan ditimbang hingga bobot .
BAB IV
HASIL 

4.1 PENGAMATAN
  • BOBOT SAMPEL   : 10,0003 g
  • BOBOT LABU DIDIH KOSONG      : 107,4263 g
  • BOBOT LABU DIDIH+LEMAK (SETELAH EKSTRAKSI)   : 109,0831 g

4.2 PERHITUNGAN

% Lemak =  bobot Lemak      x 100 %
                      Bobot Sampel

                 = ( 109,0831 - 107,4263 ) g     x 100 %
                           10,0003 g
                
                = 16,57 %



BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan kadar lemak dalam sampel ( mie instan ) sebanyak 16,57 %




DAFTAR PUSTAKA


  • http://www.scribd.com/doc/106060167/Penetapan-Lemak-Dengan-Metode-Ekstraksi-Soxhlet 
  • staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/analisis%20lipid.pdf 
  • http://www.scribd.com/doc/81029668/3-analisis-lemak 
  • http://avliyaajan22.blogspot.com/2011/05/blog-post.html


Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_


Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_wi
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Minyak/lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam. Minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak terdiri dari campuran berbagai macam trigliserida yang merupakan persenyawaan antara asam lemak dan gliserol. Asam lemak (R1, R2 dan R3) dalam suatu molekul trigliserida dapat sama akan tetapi dapat pula berbeda. Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Fraksi lemak dari suatu hasil pertanian dapat kita pisahkan dari bagian – bagian lainnya dengan jalan mengekstraksi dengan suatu zat pelarut lemak seperti petroleum eter, etil eter, kloroform, benzen heksan dan lain– lain. Hasil ekstraksi ini dikenal dengan nama eter soluble fraction atau crude fat atau kadar lemak total. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Analisa lemak dari bahan hasil pertanian umumnya bukan dimaksudkan untuk mendapatkan komposisi dari lemak tersebut akan tetapi untuk mengetahui sifat – sifat fisik dan sifat- sifat kimianya. Data– data ini digunakan untuk mengidentifikasi lemak tersebut ,menentukan kemurnian dan mengevaluasi kecocokan untuk suatu tujuan tertentu, misalnya minyak goreng , margarin dan lain– lain. Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina 2002). Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi berkurang. Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous -->analisis lemak dilakukan salah satunya dengan metode ekstraksi Soxhlet (Soxhletasi). Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fasanya, ektraksi dikelompokkan menjadi ekstraksi cair-cair dan padat-cair. Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain yang fasanya cair juga. Alat yang digunakan adalah corong pisah. Ekstraksi padat-cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Alat yang digunakan adalah ektraktor soxhlet. Misalnya untuk mengekstrak minyak non-atsiri (senyawa yang terdapat pada bahan alam yang tidak mudah menguap). Larutan pengekstrak ditempatkan pada labu alas bulat, sampel yang akan dianalisis dibungkus dengan kertas saring ditempatkan dan pada tabung ekstraktor. Bagian ujung atas merupakan pendingin Allihn atau pendingin bola (Floresyona, 2010). Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan (Ketaren,1986:36) dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan menguap, hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas serta adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.

Make Money at : ht

Tidak ada komentar:

Posting Komentar