BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air adalah substansi kimia dengan rumus
kimia H 2O : satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yangterikat secara
kovalen pada satu atom oksigen . Air bersifat
tidak berwarna , tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar)
and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan
suatupelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam ,gula , asam ,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik .
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur
asalnya dengan mengalirinya arus listrik . Proses ini disebut
elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap
dua elektron , tereduksi menjadi gas H2dan ion hidrokida
(OH-). Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai
menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion
H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan
yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak
jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air
(misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan
zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak),
disebut sebagai zat-zat “hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air
ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik
listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu
zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air,
molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air
bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom
oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan
sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini
terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom
hidrogen—yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih “kekuatan tarik” pada
elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik
elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif
elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen
bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom
hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami
kepolarannya.
Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang
disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat
diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak
dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul
sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau
bepermukaan amat halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film)
karena gaya tarik molekular antara gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat
ketimbang gaya kohesi antar molekul air.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui kadar air dalam sampel ( minyak goreng ) dengan metode xylol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Air dan Sifat – Sifat Air
Air adalah
substansi kimia dengan rumus kimia H 2O :
satu molekul air tersusun atas
dua atom hidrogen yangterikat secara
kovalen pada satu atom oksigen . Air bersifat
tidak berwarna , tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu
pada tekanan 100 kPa (1 bar)
and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan
suatupelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya,
seperti garam-garam ,gula , asam , beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organik .
Molekul
air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya
arus listrik . Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua
molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron , tereduksi
menjadi gas H2dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada
anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan
OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa
molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat
dituliskan sebagai berikut.
Air adalah
pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur
dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat
“hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air
(misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat “hidrofobik” (takut-air).
Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut
menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol)
antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya
tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan
akan mengendap dalam air.
Air
menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan
elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif
(σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat
lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia (atom oksigen)
memiliki lebih “kekuatan tarik” pada elektron-elektron yang dimiliki bersama
dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti
menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di
sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar
kedua atom hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh
sifat alami kepolarannya.
Air
memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat
kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air
ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan
(non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas
sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat
membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara
gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar
molekul air.
Dalam
sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan
permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang
memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
B.
Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu Bahan
Air yang
terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk:
1.
Air bebas, terdapat dalam
ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-pori yang terdapat pada
bahan.
2.
Air yang terikat secara lemah karena
terserap (teradsorbsi) pada permukaan koloid makromolekulaer seperti protein,
pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid
tersebut dan merupakan pelerut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada
dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan
pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan kolloid tersebut merupakan
ikatan hidrogen.
3.
Air yang dalam keadaan
terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya berifat ionik sehingga
relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada
suhu 0o F.
Kandungan
air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu
sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi
dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri.
Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi
menjadi 4 tipe, antara lain :
1.
Tipe I adalah tipe molekul air yang
terikat pada molekul-molekul air melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi
besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang
mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
2.
Tipe II adalah tipe molekul-molekul
air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam miro
kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.
3.
Tipe III adalah tipe air yang secara
fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan
lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan air bebas.
4.
Tipe IV adalah tipe air yang tidak
terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air
biasa.
C.
Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar air
adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.
Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai
keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut
dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan
kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat dibuat hubungan antara
kadar air seimbang dengan kelembaban relatif.
Aktivitas
air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Aw
= ERH/100
Aw
= aktivitas air
ERH
= kelembaban relatif seimbang
Bila
diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif
pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan
aktivitas air. Kurva ini sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL).
Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva
tersebut dapat diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw
yang sama tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu
memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin
bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mebgikat air sehingga air bebas
relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang
rendah.
D. Penentuan Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar air dalam makanan dapat
ditentukan dengan berbagai cara:
- Metode Pengeringan (Thermogravimetri)
penetapan ini relative sederhana yaitu contoh yang telah ditimbang atau diketahui bobotnya dipanaskan dalam suatu pengering listrik (oven) sampai bobit tetap, dengan tekanan 1 atm. Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
- Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
- Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
- Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
2. Metode
Destilasi (Thermovolumetri)
Lebih dikenal dengan metode xylol (ksilena).
Penetapan ini sangat penting terutama yang mengandung air dan minyak terbang (volatile
oils) yang keduanya dapat mengauap. Penetapan ini dipakai alat ”aufhauser”
atau alat penerima bitwell dan stirling, dilengkapai dengan labu
dan pendingin liebig. Ksilena mempunya titik didih > titik didih air
sehingga bila dipanaskan maka air yang dahulu menguap.
Prinsip penentuan
kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air demgan “pembawa” cairan kimia
yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur
dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia
yang dapat digunakan antara lain: toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan
xylol.
Metode penyulingan dengan pelarut yang tidak dapat dicampur,atau lebih dikenal dengan metode Xylol (ksilena). Sampel yang mengandung air akan menguap. Pada metode tersebut menggunakan alat “aufhauser” atau alat penerima bitwell atau stirling,dilengkapi dengan labu dan pendingin liebig Ksilena mempunyai titik didih lebih besar dari pada air sehingga bila dipanaskan air yang lebih dahulu menguap.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 BAHAN
- Sampel minyak goreng
- Aquadest
- Larutan Xylol
- Labu Didih
- Oven
- Hot Plate
- Eksikator
- Neraca Digital
- Alat Aufhauser
- Ditimbang ± 30 gram sampel dalam botol timbang 100 mL
- Dilarutkan dengan pelarut Xylol
- Dimasukkan kedalam labu didih
- DibIlas botol timbang dengan pelarut Xylol hingga bersih
- Ditambahkan Xylol sampai setengah dari isi labu didih
- Kemudian dimasukkan batu didih
- Lalu disambungkan dengan alat aufhauser
- Disulingkan diatas hot plate selama ± 1 jam
- Setelah cukup 1 jam hot plate dimatikan dan alat aufhauser dibiarkan dingin.
- Alat pendingin dibilas dengan Xylol
- Lalu diangkat alat aufhauser beserta labunya
- Setelah dingin betul, air yang melekat dibagian atas alat aufhauser diturunkan kebawah dengan dikilik bulu ayam.
- Kemudian dibaca jumlah air
BAB IV
HASIL
4.1 PENGAMATAN
- BOBOT SAMPEL : 10,0080 gram
- mL air yang dibaca : 0,1 mL
%H2O = mL air x bj air x 100 %
bobot sampel
= 0,1 mL x 1 g/mL x 100 %
10,0080 g
= 0.99 %
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktek didapatkan kadar air dalam sampel ( minyak goreng ) metode xylol sebanyak 0.99 %
DAFTAR PUSTAKA
- https://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/laporan-penentuan-kadar-air/
- http://dapurkimia-dapurkimia.blogspot.com/2012/04/metode-penentuan-kadar-air-air-adalah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar